Nilai Kearifan Lokal pada Cerpen Silariang dalam Antologi Cerpen Gadis Pakarena Karya Khrisna Pabichara
DOI:
https://doi.org/10.53863/kst.v3i01.143Kata Kunci:
Nilai Kearifan Lokal pada Cerpen Salariang dalam Antologi Cerpen Gadis Pakarena Karya Khrisna Pabichara, karya sastra, budaya, kearifan lokal , literature, culture, lokal wisdomAbstrak
Karya sastra menjadi bentuk karya yang di dalamnya memadukan unsur imajinasi dan kehidupan nyata baik sastra lisan maupun tulisan. Karya sastra mengandung babagi aspek salah satunya yakni aspek budaya yang mempunyai cakupan yang sangat luas. Budaya sendiri ada secara alamiah dan berkembang yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang. Nilai kearifan lokal merupakan bagian dari budaya menjadi kekhasan suatu karya sastra baik puisi , novel atau cerpen. Salah satu cerpen yang mengandung nilai kearifan lokal pada cerpen Salirang dalam buku antologi cerpen Gadis Pakarena karya Khrisna Pabichara. Cerpen yang menceritakan tentang nilai kearifan lokal masyarakat Bugis- Makassar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif memanfaatkan cara-cara penafsiran dalam menyajikan data dengan bentuk deskriptif. Pendekata yang digunakan dalan penelitian ini ialah antropologi sastra. Data dalam penelitian ini berupa kutipan teks dengan sumber data pada cerpen Salariangdalam buku antologi cerpen Gadis Pakarena karya Khrisna Pabichara. Data alamiah yang disajikn berupa fakta dan fenomena yang mencakup nilai-nilai, kearifan lokal. Teknik yang digunakan selama pengumpulan data yaitu mencatat dokumen atau arsip, maka penelitian ini menggunakan analisis dokumen dengan teknik cuplikan Ada tiga nilai kearifan local pada cerpen Salariang dalam buku antologi cerpen Gadis Pakarena karya Khrisna Pabichara. Pertama kasta dalam masyarakat Bugis Makassar terdapat status sosial yang di dalamnya mengatur terkait pernikahan. Kedua silariang adalah pelanggaran aturan adat berupa kawin lari yang disebabakan berbagai hal. Ketiga siri dan pacce bagi Bugis Makassar sesuatu yang sangat penting melebihi nyawa. Siri yang memiliki arti harga diri sedangkan pacce mempunyai makna rasa malu yang tidak akan pernah hilang.
Kata kunci: karya sastra, budaya, kearifan lokal
Referensi
Badawi, M.H. (2019) Nilai Siri’dan Pesse dalam Kebudayaan Bugis-Makassar, Dan Relevansinya Terhadap Penguatan Nilai Kebangsaan. Jurnal Sosiologi Walisong. 3 (1) 79-96
Hastuti, H.B.P (2016) Rekonstruksi Impresif Ritual Mosehe Wonua Dalam Rituskonawe. Jurnal Kandai 12 (1). 116-134
Israpil. (2015). Silariang dalam Perseptif Budaya Siri Pada Suku Makassar. Jurnal Pusaka, 53-64
Jenks, C. (2013). Culture Studi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pabichara, K. (2012) Antalogi Cerpen Gadis Pakarena. Jakarta:Dolphin
Purnomo, I.M. D.H., I,.N. & Ketut .S. (2017). Pelaksanaan Perkawinan Beda Kasta Di Banjar Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha. 5(2). 1-14
Ratna, N. K.(2014). Teori, Metode Dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, N. K.(2015).antropologi sastra: peran unsur-unsur kebudayaan dalam proses kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rondiyah, A.A. Nugraheni,.E. W.& Kundharu, S.(2017). Aspek Sosial Budaya Masyarakat Makassar Pada Novel Natisha Karya Khrisna Pabichara. Jurnal Kandi. 13(2). 223-234
Sudarsini, N. N (2018) Kasta Dan Warna: Sebuah Kritik Dalam Masyarakat Egaliter. Jurnal Agama Hindu. 21 (1). 80-86
Sutopo. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Uns Press.
Uniawati. (2016). Warna Lokal Dan Representasi Budaya Bugis-Makassar Dalam Cerpen “Pembunuh Parakang”: Kajian Sosiologi Sastra. Jurnal Kandai, 12, (1), 102-115
File Tambahan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
LisensiAuthors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work’s authorship and initial publication in this journal