Mistisisme Sastra Lisan: Kearifan Lingkungan dalam Tradisi Cepetan Alas

Authors

  • Onok Yayang Pamungkas Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama Kebumen
  • Aan Andyanto Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama Kebumen

DOI:

https://doi.org/10.53863/kst.v3i02.215

Abstract

Abstrak

Penelitian ini mengkaji tradisi kebudayaan sebagai aktivitas dan proses berpikir, bertindak dan bersikap secara arif dan bijaksana dalam mengamati, memanfaatkan dan mengolah alam sebagai suatu timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan aspek, bentuk harmonisasi masyarakat, dan nilai-nilai pendidikan dalam tradisi Cepetan Alas bagi warga Desa Karanggayam. Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif kualitatif. Data utama yang digunakan meliputi hasil wawancara dengan narasumber tentang kesenian tradisi Cepetan Alas. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis semiotik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kesenian tradisi Cepetan Alas merupakan budaya turun-temurun dari leluhur terdahulu sehingga kemudian diwariskan kepada generasi penerus di Desa Karanggayam sebagai bagian dari tradisi. Kesenian ini sebagai wujud harmonisasi antara manusia, alam dan Tuhan tentang kearifan lingkungan yang berkembang baik di masyarakat lokal maupun nasional. Aspek sosial budaya dalam tradisi Cepetan Alas diantaranya masyarakat masih memercayai adanya makhluk gaib yang menghuni alas Curug Bandung dan tetap menjaga ritual adat dalam setiap pembukaan tradisi Cepetan Alas. Paguyuban Cinta Karya Budaya sebagai wadah bagi masyarakat Desa Karanggayam untuk tetap menjaga dan melestarikan keberadaan tradisi Cepetan Alas agar tidak tergempur oleh perkembangan budaya asing. Tradisi Cepetan Alas memiliki nilai-nilai pendidikan yang dapat menjadi teladan bagi generasi penerus yang melekat dalam kehidupan masyarakat. Simpulan penelitian ini adalah, tradisi Cepetan Alas merupakan bentuk kebudayaan masyarakat yang hingga saat ini masih terjaga dan dilestarikan dalam sebuah paguyuban kesenian. Paguyuban Cinta Karya Budaya sebagai wadah masyarakat melanjutkan estafet regenerasi tradisi Cepetan Alas di Desa Karanggayam dengan tetap menjaga kearifan lingkungan yang melekat dalam kesenian tersebut.

Kata Kunci: Folklor, Cepetan Alas, aspek sosial budaya, paguyuban cinta karya budaya, nilai pendidikan

Abstract

This study examines cultural traditions as activities and processes of thinking, acting and acting wisely and wisely in observing, utilizing and processing nature as a reciprocity between humans and the environment. The purpose of this study is to describe aspects, forms of community harmonization, and educational values ??in the Cepetan Alas tradition for residents of Karanggayam Village. This study uses a qualitative descriptive research model. The main data used include the results of interviews with informants about the traditional arts of Cepetan Alas. The data analysis technique used semiotic analysis technique. The results showed that the traditional art of Cepetan Alas was a hereditary culture from previous ancestors so that it was then passed on to the next generation in Karanggayam Village as part of the tradition. This art is a form of harmonization between humans, nature and God regarding environmental wisdom that develops both in local and national communities. Socio-cultural aspects in the Cepetan Alas tradition include the community still believing in the existence of supernatural beings that inhabit the Curug Bandung base and maintaining traditional rituals in every opening of the Cepetan Alas tradition. Paguyuban Cinta Karya Budaya as a forum for the people of Karanggayam Village to maintain and preserve the existence of the Cepetan Alas tradition so as not to be attacked by foreign cultural developments. The Cepetan Alas tradition has educational values ??that can serve as role models for future generations inherent in people's lives. The conclusion of this research is, the Cepetan Alas tradition is a form of community culture that is still maintained and preserved in an art community. Paguyuban Cinta Karya Budaya as a forum for the community to continue the regeneration relay of the Cepetan Alas tradition in Karanggayam Village while maintaining the environmental wisdom inherent in the art.

Keywords: Folklore, Cepetan Alas, socio-cultural aspects, cinta karya budaya community, educational value

References

Agustin, D., Mutia, F. & Susanti, W. D. 2020. Tradisi Lisan sebagai Salah Satu Sumber Eksplorasi Desain Arsitektur Nusantara (Studi Kasus Museum Purna Bhakti Pertiwi, Tugu Monas dan Gedung DPR/MPR RI). Jurnal Arsitektur. 17 (2), 139-144.

Cooper, N., Brady, E., Steen, H. & Bryce, R. 2016. Aesthetic and Spiritual Values of Ecosystems: Recognising the Ontological and Axiological Plurality of Cultural Ecosystem ‘Services’. Ecosystem Services. 20 (40): 1-12.

Danandjaja, J. 1994. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Endraswara, S. 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Himawan, R. 2020. Nilai Pendidikan Karakter dalam Cerita Rakyat Kabupaten Bantul “Ki Ageng Mangir” (Kajian Folklor). Jurnal Mimesis. 1(2): 77-85.

Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lizawati. 2018. Cerita Rakyat sebagai Sarana Pendidikan Karakter dalam Membangun Generasi Literat. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 1 (1): 19-26.

Pratami, A. Z., Septiningrum E. S., Istinganatuzzakiyah, Hidayah, R. 2017. Pendidikan Karakter Dalam Kesenian Cepetan Alas pada Siswa Sekolah Dasar di Kebumen. Inovasi Pendidikan. 21 (1): 72-78.

Ratna, N. K. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra (Strukturalisme Hingga Postrukturalisme, Perspektif Wacana Naratif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sukmana, E. 2017. Aspek Sosial Budaya dalam Cerita Rakyat Enyeng di Desa Cipancar. Jurnal Pendidikan dan Sastra Indonesia. 1 (6): 18-23.

Sujarwa, P. 1998. Manusia dan Fenomena Budaya Menuju Perspektif Moralitas Agama. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Untara, W. 2014. Kamus Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Indonesia Tera.

Warsito. 2011. Kajian Struktural, Nilai Kearifan Lokal dan Nilai Pendidikan Folklore Di Kabupaten Magetan. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Zikri, A. 2018. Cerita Asal-Usul Nama Tempat di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Skripsi. Padang: Universitas Andalas.

Published

2021-11-10

How to Cite

Onok Yayang Pamungkas, & Aan Andyanto. (2021). Mistisisme Sastra Lisan: Kearifan Lingkungan dalam Tradisi Cepetan Alas. JURNAL KRIDATAMA SAINS DAN TEKNOLOGI, 3(02), 88–96. https://doi.org/10.53863/kst.v3i02.215