Analisis Integrasi Angkutan Kota sebagai Feeder Angkutan Bus Trans Mamminasata Berdasarkan Tujuan dan Sebaran Pergerakan
DOI:
https://doi.org/10.53863/kst.v6i01.1015Kata Kunci:
Integrasi, Angkutan Kota, Feeder, Sebaran, PergerakanAbstrak
Performa dari transportasi publik dan sistem transit sangat tergantung kepada koneksi antara bagian awal dan bagian akhir dari perjalanan dengan angkutan umum. Pendekatan integrasi multimoda yang baik akan membuat keterhubungan antara moda utama dan moda lainnya, sehingga akan memperkecil waktu dan jarak tempuh. Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya pengguna angkutan umum, dapat direncanakan halte atau tempat pemberhentian baru sebagai tempat yang legal untuk naik-turun penumpang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perjalanan penumpang Teman Bus dilihat dari maksud pergerakan dan asal-tujuan pergerakan dan untuk mengetahui lokasi rekomendasi penambahan halte atau tempat pemberhentian integrasi Teman Bus dan Angkutan Kota berdasarkan maksud pergerakan dan asal-tujuan pergerakan penumpang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis sebaran halte berdasarkan titik naik turun penumpang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa alternative pengembangan halte yang dapat dilakukan pada jenis guna lahan perdagangan dan jasa untuk tujuan kegiatan ekonomi dan jenis guna lahan pendidikan untuk tujuan kegiatan budaya
Referensi
Anies, M. K., & Kasim, M. R. (2022). Level Of Service Pedestrian in Makassar to Support Multimodal Transportation. International Journal of Innovative Science and Research Technology, 7(3), 1240–1242.
Boarnet, M. G., Giuliano, G., Hou, Y., & Shin, E. J. (2017). First/last mile transit access as an equity planning issue. Transportation Research Part A: Policy and Practice, 103, 296–310.
Chandra, S., Bari, M. E., Devarasetty, P. C., & Vadali, S. (2013). Accessibility evaluations of feeder transit services. Transportation Research Part A: Policy and Practice, 52, 47–63.
Dill, J., Schlossberg, M., Ma, L., & Meyer, C. (2013). Predicting transit ridership at the stop level: The role of service and urban form. 92nd Annual Meeting of the Transportation Research Board, Washington, DC, 13–17.
Duduta, N. (2013). Direct ridership models of bus rapid transit and metro systems in Mexico City, Mexico. Transportation Research Record, 2394(1), 93–99.
Durning, M., & Townsend, C. (2015). Direct ridership model of rail rapid transit systems in Canada. Transportation Research Record, 2537(1), 96–102.
Handy, S., Tal, G., & Boarnet, M. G. (2016). Policy brief on the impacts of regional accessibility based on a review of the empirical literature. California Air Resources Board, California: Https://Arb. ca. Gov/Cc/Sb375/Policies/Regaccess/Regional_accessibility_brief120313. Pdf. Accessed July.
Kasim, M. R. (2021). Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masayarakat (PPKM) Di Kota Makassar dalam Menurunkan Pergerakan dan Mobilitas. Prosiding Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi, 462.
Kasim, M. R., Akram, A. M., Ramadhan, R., & Fauzan, A. (2023). Analisis Integrasi Angkutan Kota sebagai Feeder Angkutan Bus Trans Mamminasata. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 8(6), 3962–3974.
Krygsman, S., Dijst, M., & Arentze, T. (2004). Multimodal public transport: an analysis of travel time elements and the interconnectivity ratio. Transport Policy, 11(3), 265–275.
Ozbil, A., Peponis, J., & Bafna, S. (2009). The effects of street configuration on transit ridership. 7th International Space Syntax Symposium. Stockholm: KTH School of Architecture and the Built Environment.
Rahman, M., Akther, M. S., & Recker, W. (2022). The first-and-last-mile of public transportation: A study of access and egress travel characteristics of Dhaka’s suburban commuters. Journal of Public Transportation, 24, 100025.
Ramos-Santiago, L. E. (2021). Towards a better account and understanding of bus/rapid-transit interactions: The case of Los Angeles. Case Studies on Transport Policy, 9(3), 1167–1179.
Ridha, K. M. (2022). Evaluasi Skala Pelayanan dan Rencana Penambahan Halte untuk Pengembangan Transportasi Multimoda di Kota Makassar.
Shaheen, S. (2018). Shared mobility: the potential of ridehailing and pooling. Springer.
Sohn, K., & Shim, H. (2010). Factors generating boardings at metro stations in the Seoul metropolitan area. Cities, 27(5), 358–368.
Tilahun, N., Thakuriah, P. V., Li, M., & Keita, Y. (2016). Transit use and the work commute: Analyzing the role of last mile issues. Journal of Transport Geography, 54, 359–368.
Velaga, N. R., Rotstein, N. D., Oren, N., Nelson, J. D., Norman, T. J., & Wright, S. (2012). Development of an integrated flexible transport systems platform for rural areas using argumentation theory. Research in Transportation Business & Management, 3, 62–70.
Zhao, J., Deng, W., Song, Y., & Zhu, Y. (2014). Analysis of Metro ridership at station level and station-to-station level in Nanjing: an approach based on direct demand models. Transportation, 41, 133–155.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Muhammad Ridha Kasim,Ahmad Jihad

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work’s authorship and initial publication in this journal