Peningkatan Literasi Bahasa Inggris pada Siswa Sekolah Dasar melalui English Camp di Desa Mblengor Kulon
DOI:
https://doi.org/10.53863/abdibaraya.v3i02.897Keywords:
English Literacy, Elementary School Students, English Camp, Training, Mblengorkulon VillageAbstract
This study aims to examine the effectiveness of the English Camp method in improving the English language skills of elementary school students in Mblengorkulon Village. The training was carried out by involving students from various grade levels. This training method involves a practical and interactive approach with a focus on vocabulary recognition, basic grammar and English speaking skills. The English Camp is held for 1 week in a row, with various activities such as games, speaking practice, and simulations of communication situations in English. The results of this study indicate a significant increase in the English literacy of elementary school students after attending the English Camp. This improvement is reflected in an increase in vocabulary comprehension, speaking ability, and confidence in using English in real situations. In addition, participation in the English Camp also provides valuable experience in broadening students' cultural insights. Community involvement in the implementation of the English Camp also helps strengthen students' understanding of the importance and benefits of English literacy. Collaboration between schools, teachers and the community is the key to success in implementing this program. Based on these findings, it is suggested that English training through the English Camp method can be adopted as a strategy to increase English literacy in elementary schools. Furthermore, this program can be expanded to other villages by involving the local community and society in order to provide wider access for students to develop their English skills
References
Abstract
This study aims to examine the effectiveness of the English Camp method in improving the English language skills of elementary school students in Mblengorkulon Village. The training was carried out by involving students from various grade levels. This training method involves a practical and interactive approach with a focus on vocabulary recognition, basic grammar and English speaking skills. The English Camp is held for 1 week in a row, with various activities such as games, speaking practice, and simulations of communication situations in English. The results of this study indicate a significant increase in the English literacy of elementary school students after attending the English Camp. This improvement is reflected in an increase in vocabulary comprehension, speaking ability, and confidence in using English in real situations. In addition, participation in the English Camp also provides valuable experience in broadening students' cultural insights. Community involvement in the implementation of the English Camp also helps strengthen students' understanding of the importance and benefits of English literacy. Collaboration between schools, teachers and the community is the key to success in implementing this program. Based on these findings, it is suggested that English training through the English Camp method can be adopted as a strategy to increase English literacy in elementary schools. Furthermore, this program can be expanded to other villages by involving the local community and society in order to provide wider access for students to develop their English skills.
Keywords: English Literacy, Elementary School Students, English Camp, Training, Mblengorkulon Village
1. Pendahuluan
Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia telah menjadi perhatian utama dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa di berbagai tingkatan pendidikan. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional memiliki peranan penting dalam komunikasi global, akses informasi, serta peningkatan peluang karir. Hal ini selaras dengan ungkapan Abimanto, et.al (2023) & Kusuma (2018) bahwa Bahasa Inggris merupakan bahasa standar internasional yang perlu dikuasi oleh professional, guru, dan juga siswa. Oleh karena itu, literasi Bahasa Inggris menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan di era globalisasi ini.
Namun, di beberapa daerah pedesaan, seperti Desa Mblengor Kulon, kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris masih sangat terbatas. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya literasi Bahasa Inggris di daerah tersebut. Pertama, keterbatasan sumber daya, termasuk kurangnya akses ke buku dan materi pembelajaran Bahasa Inggris yang memadai. Kedua, kurangnya kesempatan untuk berinteraksi dalam Bahasa Inggris di luar lingkungan sekolah. Ketiga, metode pengajaran yang cenderung berpusat pada guru dan kurang mengaktifkan siswa dalam menggunakan Bahasa Inggris secara aktif. Rugasken & Harris (2009) mengatakan bahwa pembelajaran Bahasa kedua didalam kelas bukan merupakan lingkunagan pemerolehan bahasa kedua yang alami, dengan demikian, penguasaan bahasa sosiolinguistik alami tidak dapat direproduksi di dalam kelas.
Untuk mengatasi tantangan ini, berbagai metode dan program telah dikembangkan untuk meningkatkan literasi Bahasa Inggris siswa, salah satunya adalah English Camp. English Camp merupakan kegiatan belajar yang diadakan di luar lingkungan kelas, biasanya dalam bentuk perkemahan atau acara penuh interaksi dan kegiatan yang berorientasi pada penggunaan Bahasa Inggris secara praktis. Melalui English Camp, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris mereka dengan cara yang lebih menyenangkan dan mendalam.
English camp menurut Rahayu & Mitasari (2021) adalah program belajar intensif yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris peserta melalui pengalaman praktis dan interaktif di lingkungan yang mendukung. Berikut adalah beberapa manfaat umum yang sering dikaitkan dengan English camp:
a. Peningkatan Keterampilan Komunikasi: English camp memberikan kesempatan bagi peserta untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis dalam bahasa Inggris. Hal ini didukung oleh penelitian Mustakim & Ismail (2018) & Azhari, et.al (2023) yang mengungkapkan cukup efektif untuk melatih kemampuan berbicara anak dengan suasa yang menyenangkan. Melalui aktivitas interaktif, diskusi, dan latihan komunikatif, peserta dapat memperbaiki kelancaran dan kefasihan berbahasa Inggris mereka.
b. Peningkatan Kepercayaan Diri: Melalui English camp, peserta diberikan kesempatan untuk berlatih berkomunikasi dalam bahasa Inggris di lingkungan yang mendukung. Dukungan dan umpan balik positif dari fasilitator dan rekan-rekan sejawat dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri peserta dalam menggunakan bahasa Inggris secara aktif. Hasil dari pengabdian kepada masyarakat yang ditemukan oleh Yahrif, et. Al (2021) ini menunjukkan bahwa mahasiswa dan pengurus UKM English Community of Megarezky dapat memperkuat kepercayaan diri mereka dalam berbicara bahasa Inggris melalui kegiatan English Camp.
c. Peningkatan Kosakata dan Pemahaman Bahasa: English camp dapat membantu memperluas kosakata peserta dan pemahaman tentang struktur bahasa Inggris. Melalui permainan, latihan kosakata, dan aktivitas pengajaran yang menyenangkan, peserta dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang kata-kata baru, idiom, tata bahasa, dan penggunaan bahasa yang benar.
d. Peningkatan Kebudayaan dan Kesadaran Antarbudaya: English camp sering melibatkan peserta dari latar belakang budaya yang berbeda. Ini dapat membantu peserta memperluas pemahaman mereka tentang budaya lain, meningkatkan kesadaran antarbudaya, dan mempromosikan toleransi serta penghargaan terhadap keragaman budaya.
Berpendapat bahwa program-program seperti English Camp dapat membantu siswa mengalami Bahasa Inggris dalam konteks yang alami dan otentik, sehingga mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang tata bahasa, kosakata, dan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris. Dalam penelitiannya, Johnson juga menemukan bahwa kegiatan yang melibatkan interaksi antar siswa dan pemanfaatan teknologi dalam English Camp dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan memperkuat keterampilan Bahasa Inggris mereka.
Hammerly (1987) juga mendukung pentingnya program English Camp dalam meningkatkan literasi Bahasa Inggris siswa sekolah dasar. Menurutnya, English Camp memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris dalam situasi nyata dan kontekstual. Dalam lingkungan yang santai dan tidak terbebani oleh nilai akademik, siswa dapat merasa lebih percaya diri dan berani untuk berbicara dalam Bahasa Inggris. Hal ini akan membantu mereka mempraktikkan keterampilan berbicara dan mendengarkan, yang merupakan aspek penting dalam literasi Bahasa Inggris.
Selain itu, Husain et, al (2022) menggarisbawahi pentingnya pengalaman belajar yang menyenangkan dalam meningkatkan literasi Bahasa Inggris siswa. Ketika siswa merasa terlibat secara aktif dalam kegiatan berbahasa Inggris yang menyenangkan, seperti permainan dan proyek kelompok, mereka lebih cenderung mempertahankan minat dan motivasi untuk belajar Bahasa Inggris. Dalam konteks English Camp, siswa dapat belajar dengan cara yang alami dan melibatkan seluruh indera mereka, sehingga membantu mereka memahami dan mengingat materi dengan lebih baik.
Dalam artikel ini, kami menunjukkan program pengabdian yang dilakukan di Desa Mblengor Kulon dengan menggunakan pendekatan English Camp. Kami membahas metode yang digunakan, hasil dan diskusi dari program tersebut, serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan literasi Bahasa Inggris siswa sekolah dasar di masa mendatang. Program ini bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam upaya mengatasi tantangan dalam pendidikan Bahasa Inggris dan memberikan peluang yang lebih baik bagi siswa di pedesaan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka.
2. Metodologi Penelitian
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan berupa pelatihan bahasa inggris untuk siswa SD. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini berupa pelatihan dan praktik langsung. Selama pelaksanaan English Camp, pemantauan dan evaluasi terus dilakukan untuk melihat perkembangan siswa dalam literasi Bahasa Inggris. Pemantauan dapat dilakukan melalui observasi langsung, pengamatan partisipatif, dan penilaian formatif. Hasil pemantauan ini akan digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program serta memberikan umpan balik yang berguna untuk peningkatan program.
English Camp diadakan selama satu minggu di Desa Mblengorkulon. Kegiatan ini melibatkan partisipasi aktif dari siswa sekolah dasar yang menerima pelatihan intensif dalam berbagai aspek Bahasa Inggris, seperti kosakata, tata bahasa, mendengarkan, dan berbicara. Selain itu, kegiatan ini juga mencakup permainan bahasa Inggris, cerita bergambar, dan presentasi kelompok untuk melibatkan siswa secara interaktif dalam pembelajaran. Peserta English Camp terdiri dari siswa kelas 4, 5, dan 6 yang dipilih berdasarkan minat dan motivasi mereka terhadap Bahasa Inggris. Selama English Camp, siswa terlibat dalam berbagai kegiatan seperti permainan, latihan berbicara, bernyanyi, penulisan kreatif, dan drama, semuanya dilakukan dalam Bahasa Inggris. Materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa dan diatur secara bertahap untuk memastikan perkembangan yang konsisten. Selain itu, guru dan pengajar yang berpengalaman dalam pengajaran Bahasa Inggris juga terlibat dalam English Camp untuk memberikan bimbingan dan dukungan.
3. Hasil dan Pembahasan
Kegiatan belajar Bahasa Inggris yang mudah dan menyenangkan yang dilakukan baik di dalam maupun di luar ruangan biasa disebut English camp. Pelaksanaan English camp ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas metode English camp dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris siswa sekolah dasar di Desa Mblengorkulon. Kegiatan ini berlangsung selama satu minggu di Desa Mblengorkulon. 20 siswa SD perwakilan dari kelas 4,5, dan 6 mengikuti kegiatan English Camp tersebut.
Dalam kegiatan English Camp ini, konsep belajar yang menyenangkan diutamakan melalui berbagai metode, seperti permainan bahasa Inggris, latihan berbicara, bernyanyi, cerita bergambar, penulisan kreatif, dan presentasi kelompok sehingga para siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa merasa nyaman, bahagia dan bersemangat untuk belajar Bahasa Inggris. Pada kegiatan English Camp ada empat skill yang diasah yaitu kosakata, tata Bahasa, mendengarkan dan berbicara.
Pada hari pertama kegiatan diawali dengan pembukaan, doa bersama menggunakan dua Bahasa. Yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Sebelum doa bersama siswa mendengarkan terlebih dahulu, kemudian menirukan doanya, setelah bisa, semua berdoa bersama. Ternyata doa dengan terjemahan Bahasa Inggris ini merupakan pengalaman pertama mereka, namun mereka dengan antusias mengikutinya. Selanjutnya kegiatan absensi, kegiatan ini dilakukan dengan nyanyian dalam Bahasa Inggris membuat lingkaran besar. setiap siswa menyebutkan Namanya kemudian belajar mengeja Namanya menggunakan Bahasa Inggris. Cara ini diaplikasikan untuk melatih kepercayaan diri siswa berbicara. Beberapa siswa telah mampu mengucapkan dengan benar, namun ada juga yang masih kurang tepat dalam menyebutkan pelafalan abjad dalam Bahasa Inggris. Lagu abjad A, B, C pun dinyanyikan bersama dengan kompak. Setelah itu, pemateri memperkenal dirinya menggunakan Bahasa Inggris secara sederhana dan menterjemahkannya dalam Bahasa Indonesia. Kegiatan dilanjutkan sesi tanya jawab singkat. Ada siswa yang bertanya seperti:
Siswa : “Miss, Bahasa Inggrisnya darimana asalnya apa?”
Pemateri : Bahasa Inggrisnya adalah “Where do you come from?”
Setelah sesi tanya jawab singkat, pemateri meminta siswa – siswa untuk perkenalan diri menggunakan Bahasa Inggris secara sederhana, namun dengan cara bermain game terlebih dahulu. Pemateri membagi 20 orang terdiri dari 5 kelompok, masing masing kelompok 4 orang dari kelas 4, 5, dan 6 untuk bermain game, kelompok yang kalah mendapat kesempatan praktek perkenalan diri terlebih dahulu, setelah berlatih beberapa menit dengan tim pelaksana/pemateri yang ada. Permainannya adalah back writing games yang diadakan di luar ruangan.
Back writing games adalah jenis permainan kompetisi. Permainan ini bermanfaat untuk menstimulasi para siswa untuk berpikir cepat, bekerjasama dan melatih siswa untuk memiliki kontrol diri pada aturan permainan. Back writing digunakan untuk mencocokan element Bahasa antara siswa satu dengan yang lainnya. Pada kegiatan ini siswa diminta menulis abjad dengan huruf kapital pada punggung teman sekelompoknya. Siapa yang cepat dan tepat kelompok itulah yang juara. Setiap anak mendapat kesempatan untuk berbicara di hadapan teman – temannya. Hari pertama berakhir dengan seru dan ditutup dengan doa bersama.
Pada hari kedua kegiatan diawali dengan doa bersama menggunakan dua Bahasa. Yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Absensi dilakukan dengan permainan sederhana dengan menyebutkan nama buah kesukaan siswa. Setelah itu pemateri menjelaskan permainan pada hari ini. Permainannya adalah match the card. Sebelum permainan dimulai pemateri memberikan contoh beberapa nama buah dalam Bahasa Inggris dan meminta siswa untuk menyebutkannya untuk melatih kepercayaan diri dan public speakingnya. Pemilihan tema ini bertujuan agar anak lebih mudah mengingat kosakata dalam Bahasa Inggris karena buah-buahan adalah salah satu kebutuhan anak yang biasa dimakan.
Sesi ini dibagi dalam 5 kelompok yang terdiri dari kelas 4, 5, dan 6. Masing-masing kelompok berisi 4 orang. Ketika bermain match the card para siswa terlihat menikmatinya. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan mereka dalam menjawab pertanyaan Ketika permainan berlangsung. Saat sesi permainan ini berlangsung, Sebagian besar siswa mampu menjawab dengan benar. Kegiatan hari ini di akhiri dengan pembagian hadiah bagi kelompok yang mendapatkan skor paling tinggi dalam permainan. Pemberian hadiah ini termotuvasi dari Faidy dan Arsana (2014) yang mengtakan bahwa hubungan antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar pada siswa memiliki hubungan yang kuat dan positif, maka semakin sering guru memberikan reward dan punishment semakin tinggi motivasi belajar siswa. Setelah rangkaian kegiatan berakhir, kami berdoa bersama.
Hari ketiga, aktivitas diawali dengan doa bersama dengan dua Bahasa. Yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Pada hari ketiga siswa – siswa sudah mulai hafal doa tersebut. Kemudian absensi dengan lagu Bahasa Inggris seperti biasa. Selanjutnya menyayikan lagu nama – nama hari dalam Bahasa Inggris. Hari ini kegiatannya di luar ruangan. Siswa- siswi diminta untuk mengamati apa yang dapat dilihat disekeliling mereka, kemudian pemateri meminta siswa untuk menceritakan apa yang dilihatnya dalam Bahasa Indonesia dan mengaitkannya apa yang akan dipelajari bersama hari ini.
Pemateripun mengeluarkan kertas bergambar yang besar di depan para siswa kemudian bercerita sesuai dengan gambar yang dibawanya. Pemateri bercerita dengan nada yang menarik sehingga semua siswa tertarik untuk memperhatikannya. Dalam cerita tersebut menggunakan tata bahasa (grammar) simple present. Setelah selesai dengan cerita bergambarnya pemateri membuka sesi tanya jawab dengan para siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan praktek.
Pemateri membagi 20 siswa dalam 5 kelompok setiap kelompok mendapatkan rangkaian cerita bergambar dimana nantinya diminta menyusun kembali dengan tepat dan mempresentasikannya bersama kelompok di depan. Rangkaian cerita bergambar daily activities ini masih tersembunyi dan harus ditemukan sesuai dengan petunjuk dalam kertas yang di berikan oleh pemateri. Setelah permainan selesai, semua kelompok maju mempresentasikan hasilnya. Ternyata hasilnya sungguh luar biasa para siswa berani berbicara dan menyelesaikannya dengan bagus. Kegiatan hari ini diakhiri dengan bernyanyi dalam Bahasa Inggris dan doa bersama.
Hari keempat, aktivitas diawali dengan doa bersama dengan dua Bahasa. Yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Pada hari keempat siswa – siswa sudah hafal doa tersebut. Beberapa anak maju untuk berdoa menggunakan dua Bahasa di depan kelas. Kemudian absensi dengan lagu Bahasa Inggris. Selanjutnya bernyanyi bersama menyebutkan nama – nama hari dan nama kata kerja dengan gerakan. Semua siswa bergerak sesuai dengan instruktur pemateri. Sebelum penyampaian materi dimulai, pemateri mengingatkan kembali apa yang dipelajari hari kemarin. Kemudian meminta siswa untuk menyebutkan kegiatan sehari hari mereka (daily activities).
Pada hari keempat ini materinya “penulisan kreatif” menggunakan simple present. Kegiatan “penulisan kreatif” ini dilakukan dengan permainan. Pada permainan ini pemateri membagi kelompok menjadi 10 kelompok secara acak. 1 kelompok terdiri dari 2 orang, kemudian para siswa diarahkan untuk menulis satu kalimat sederhana sesuai gambar yang diberikan. Gambar yang diberikan adalah kolase, sehingga anak perlu menempelkan bahan – bahan yang disediakan agar kolase terlihat estetik. Jadi anak tugasnya adalah menulis 1 kalimat yang berhubungan dengan kolase tersebut. Para siswa begitu bersemangat Ketika mereka disuguhi gambar kolase tersebut. Setalh mendapatkan gambarnya mereka focus dengan pekerjaan masing – masing. Setelah semua selesai, tiap kelompok mempresentasikan hasil karyanya dan mengucapkan kalimat yang telah dibuat di depan teman mereka. Kegiatan hari ini diakhiri dengan nyanyian dan doa bersama.
Hari kelima, seperti biasa kegiatan dimulai dengan doa bersama menggunakan Bahasa Arab dan Inggris. Dilanjutkan senam sebentar dibarengi absensi siswa. Para pemateri dari tim pengabdian masyarakat mendorong siswa untuk tampil di depan dengan pilihan menyanyi lagu dalam Bahasa Inggris yang diajarkan atau praktek doa dengan dua Bahasa di depan. Sebagian besar anak-anak berebut ingin maju ke depan. Akhirnya dibuatlah undian untuk urutan majunya. Setelah semua mendapat nomor urut, mereka tampil sesuai keinginannya. Menurut Santosa (2018), seseorang akan berhasil dan kreatif dalam belajar jika ada keinginan untuk belajar pada dirinya sendiri. Dari kegiatan ini tim pemateri pengabdian masyarakat melihat perkembangan Bahasa Inggris siswa meningkat, merekapun lebih percaya diri dalam berbicara dengan Bahasa Inggris meski dengan lagu.
Kegiatan hari ini bertema percakapan seputar perkenalan. Pemateri memberi contoh bagaimana cara pengucapan kalimat yang benar dalam Bahasa Inggris kemudian ditirukan para siswa. Setelah dialog dibaca sampai selesai. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Selanjutnya ada kegiatan ice breaking. Setelah ice breaking, kegiatan dilanjutkan praktek menghafal dialog sederhana dengan temannya. Pada hari ke lima ini siswa diberi tugas untuk menghafal dialog sederhana untuk besok bermain peran.
Hari keenam. Kegiatan diawali dengan doa bersama menggunakan dua Bahasa. Yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Absensi dilakukan dengan permainan sederhana dengan menyebutkan nama buah kesukaan siswa. Pemateri menanyakan kesiapan siswa untuk praktek sederhana dengan situasi perkenalan. Menurut Zhou (2008), program English Camp dapat membantu siswa belajar bahasa Inggris dengan menggunakan permainan peran. Masing–masing siswa praktek berbicara dengan perannya. Meskipun ada beberapa yang lupa dengan dialognya, namun mereka menunjukan kepercayaan diri mereka. Hari terakhir ini mereka bermain drama.
Pada sesi terakhir ini pemateri memberikan motivasi dan feedback dengan guru dan para siswa. Berikut adalah beberapa tanggapan siswa dari hasil feedback tersebut: 1) siswa senang dengan adanya bermain sambil belajar di luar ruangan 2) siswa yang mengikuti kegiatan English camp ini merasa asyik sehingga percaya diri untuk berbicara dengan Bahasa Inggris 3)Ternyata belajar Bahasa Inggris itu seru.
Siswa peserta English camp menghadapi sejumlah tantangan selama kegiatan. Mereka terlihat malu pada awalnya tetapi tetap semangat karena suasana pelatihan yang menyenangkan dan berbagai komedi, yang membuat peserta merasa nyaman dan selalu dapat mengikuti pelatihan dengan baik. Temuan pengabdian ini menunjukkan adanya perubahan peningkatan signifikan dalam literasi bahasa Inggris siswa sekolah dasar setelah mengikuti English Camp. Peningkatan ini tercermin dalam peningkatan pemahaman kosakata, kemampuan berbicara, dan kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa Inggris
Kegiatan pengabdian masyarakat dengan English Camp ini sesuai dengan harapan tim pengabdian masyarakat dan pihak sekolah. Siswa SD kelas 4,5 dan 6 dapat merasakan langsung bahwa kegiatan ini memberikan hasil yang positif dan signifikan. Ini ditunjukkan oleh semangat siswa saat mengikuti rangkaian kegiatan, menjawab dan aktif dalam proses pembelajaran berlangsung. Mereka menunjukkan antusiasme dan semangat belajar mereka saat bermain, yang berhasil membuat suasana semakin meriah. Siswa sekolah dasar ini berani tampil. Sikap siswa yang seperti ini lah yang diharapkan dan patut untuk diapresiasi.
4. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan kegiatan pengabdian masyarakat pada perwakilan siswa kelas 4, 5, dan 6 SD dengan jumlah 20 siswa di Desa Mblengorkulon. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam literasi bahasa Inggris siswa sekolah dasar setelah mengikuti English Camp. Peningkatan ini tercermin dalam peningkatan pemahaman kosakata, kemampuan berbicara, dan kepercayaan diri dalam menggunakan bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat dari pertemuan hari kesatu sampai keenam. dengan berbagai kegiatan seperti permainan, bernyanyi, penulisan kreatif, cerita bergambar, drama, presentasi kelompok dan simulasi situasi komunikasi dalam bahasa Inggris. Pada tiap kegiatan siswa selalu terlibat aktif dalam proses belajar.
English Camp terbukti mampu menjadi solusi belajar dengan cara menyenangkan bagi siswa dimana Bahasa Inggris merupakan Bahasa Asing mereka. Dengan pendekatan praktis dan interaktif English Camp di desa Mblengorkulon berhasil. Tujuan dan harapan pelaksaan kegiatan ini tercapai dengan baik dimana berfokus pada pengenalan kosakata, tata bahasa dasar, mendengarkan dan keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris. Dari hasil feedback para siswa, belajar Bahasa Inggris dengan English Camp terasa menyenangkan, menambah rasa percaya diri dan mudah.
Daftar Pustaka
Abimanto, D., Aprillina, A., & Oktavia, A. (2023). Bahasa Inggris sebagai lingua franca dalam dunia transportasi. Sinar Dunia: Jurnal Riset Sosial Humaniora dan Ilmu Pendidikan, 2(1), 240-250.
Aswad, M. (2017, July). The Effectiness English Camp (A Model in Learning English as the Second Language). In ASEAN/Asian Academic Society International Conference Proceeding Series (pp. 234-39).
Faidy, A. B., & Arsana, I. M. (2014). Hubungan Pemberian Rewarddan Punishmentdengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan, 2(2), 454–468.
Hammerly, H. (1987). The immersion approach: Litmus test of second language acquisition through classroom communication. The Modern Language Journal, 71(4), 395-401.
Husain, N., Ali, S. W., Badu, H., Malabar, F., Umar, I., Kau, M. E. W., ... & Mamu, R. (2022). Strategi Kegiatan Literasi dengan Tema" Fun Learning" untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Bahasa Inggris pada Anak. Devotion: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Bidang Pendidikan, Sains dan Teknologi, 1(2), 10-15.
Kusuma, C. S. D. (2018). Integrasi bahasa inggris dalam proses pembelajaran. Efisiensi: Kajian Ilmu Administrasi, 15(2), 43-50.
Mustakim, M., & Ismail, I. (2018). The influence of English camp in improving speaking skill of English House Course students in Maroangin Kabupaten Enrekang. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 2(2), 61-70.
Rahayu, D., Wibawa, S. H., & Mitasari, W. (2021). English Camp, Membangun Kepercayaan Diri Anak-Anak dalam Berbahasa Inggris. In Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Abdimas Tahun (p. 210).
Rugasken, K., & Harris, J. A. (2009). English Camp: A Language Immersion Program in Thailand. Learning assistance review, 14(2), 43-51.
Santosa, R. B. (2018). Motivasi Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris: Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IAIN Surakarta. Jurnal Ilmiah Didaktika, 18(1), 87. https://doi.org/10.22373/jid.v18i1.3089
Yahrif, M., Sirajuddin, S., & Utami, N. (2022). Meningkatkan Kepercayaan Diri Mahasiswa Dalam Berbicara Bahasa Inggris Melalui Kegiatan English Camp. RESWARA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 77-83.
Zhou, R. (2008). An Evaluation of the English Immersion Approach in the Teaching of Finance in China. English Language Teaching, 1(2), 71–78. https://doi.org/10.5539/elt.v1n2p71
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Atik Muhimatun Asroriyah, Zulfa Nabila, Endah Mitsalina
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.